BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang dengan pesat, dalam berbagai bidang dari generasi ke generasi menuntut adanya tenaga kerja yang handal dan profesional. Untuk itu di perlukan sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan tersebut sesuai dengan bidang yang digeluti.
Salah satu kemajuan teknologi di bidang kesehatan adalah alat-alat radiologi yang berfungsi sebagai pendiagnostik dan terapi, pada beberapa penyakit tertentu. Radiologi adalah cabang atau spesialis kedokteran yang berhubungan dengan studi dan penerapan berbagai teknologi pencitraan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit. Pencitraan dapat menggunakan Sinar-X, USG (Ultrasonografi), CT (ComputedTomografy) scan, Tomografi Emisi Positron (PET) dan MRI (Magnetik Resonance Imaging). Pencitraan tersebut menghasilkan gambar dari konfigurasi sebuah objek padat, seperti bagian tubuh manusia, dengan menggunakan energi radiasi.
Pencitraan medis umum dilakukan oleh ahli radiografi atau penata rontgen. Seorang radiolog (dokter spesialis radiologi) kemudian membaca atau menginterpretasikan gambar untuk menentukan cedera, menentukan tingkat keseriusan dari cedera atau membantu mendeteksi kelainan seperti tumor. Oleh sebab itu, pasien harus menunggu untuk mendapatkan hasil ”resmi” dari Sinar-X atau gambar lainnya bahkan setelah dokter utamanya telah mengkajinya. Seorang spesialis radiologi harus menginterpretasikan hasil dan berkonsultasi dengan dokter utama untuk memberikan diagnosis yang akurat. Klinik dan fasilitas medik yang tidak mempekerjakan spesialis radiologi harus mengirimkan gambar keluar untuk interpretasi dan menunggu temuan.
Olek karena itu, kegiatan Pratek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di RUMAH SAKIT BHAYANGKARA khususnya bagian RADIOLOGI, kami mengangkat kasus Teknik Pemeriksaan Knee Joint Pada Kasus Osteoartritis, mengingat banyaknya penderita yang mengalami penyakit serupa sehingga kami tertarik intuk mengkaji mengenai penyakit tersebut. Kerja praktek ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk menimba pengalaman kerja serta dapat terjun langsung kelapangan melihat bagaimana mekanisme dalam bidang tersebut sehingga dapat menjadi tenaga kerja profesional.

B.   Rumusan Masalah
1.    Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi knee joint ?
2.    Anatomi apa saja yang ditampakkan pada hasil radiografnya ?
3.    Apa yang dimaksud Osteoartritis ?
4.    Apa gejala dan penyebab Osteoartritis ?

C.   Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Tujuan yang diharapkan dapat tercapai dari pelaksanaan Praktek erja Lapangan (PKL) ini yaitu mahasiswa dapat melihat, mengetahui dan mengenal bagaimana teknik pemeriksaan  yang dilakukan dalam berbagai kasus sehingga mahasiswa dapat membandingkan hasil pengamatan langsung dengan teori yang didapat di bamgku kuliah.

Tujuan Khusus
     Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam Praktek Kerja Lapangan ini, yaitu :
1.    Mengetahui prinsip kerja dan pengaplikasian alat-alat radiologi (pesawat Sinar-X, USG, dan Automatic processing)
2.    Mengetahui pengoperasian dari alat-alat radiologi (pesawat Sinar-X, USG, dan Automatic processing)
3.    Mengetahui dan memahami hasil yang diperoleh dari alat-alat radiologi berupa hasil citra.

D.   Manfaat Penulisan
Kami berharap bengan adanya laporan kasus ini, dapat memberi ilmu terlebih mengenai penyakit Osteoartritis beserta teknik pemeriksaan radiografinya dan hasil radiografi yang diperolehnya. Dan diharapkan dapat pula memberikan bantuan pada semua kalangan dalam mengkaji materi penyakit Osteoartritis beserta teknik pemeriksaannya.






















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Profil RS Bhayangkara Makassar

Berawal dari perintah lisan PANGDAK XVIII SULSELRA BRIGJEN IMAM SUPOYO kepada kapten polisi dr. ADAM IMAN SANTOSA pada tanggal 2 nopember 1965, untuk menempati dan memfungsikan bekas SEKOLAH POLISI NEGARA DJONGAYA menjadi RUMAH SAKIT KEPOLISIAN BHAYANGKARA MAKASSAR. Satu bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 1 desember 1965 mulai difungsikan poliklinik Umum dan bagian Kebidanan. Saat itu juga Lettu Polisi dr. ZAINAL ARIFIN yang bertugas di Poliklinik Poltabes Makassar mulai aktif di Poliklinik Umum dan dr. ABADI GUNAWAN di bagian Kebidanan Rumah Sakit Kepolisian Makassar Pada tanggal 1 september 1966 mulai difungsikan bangsal laki-laki, bangsal wanita dan bangsal anak-anak. Tanggal 1 januari 1967 bagian roentgen difungsikan. Tanggal 2 nopember 1968 diusulkan pendidikan SPK C dengan lama pendidikan 2 (dua) tahun, oleh dr. ADAM IMAN SANTOSA dan diteruskan oleh Pangdak VIII Brigjen Pol. Johny Anwar ke Departemen Kesehatan Republik Indonesia, sehingga bulan Juni 1969 pendidikan SPK C angkatan I dimulai atas ijin Depkes RI. Tanggal 1 september 1969 dilakukan renovasi gudang kaporlap SPN Jongaya menjadi ruang pertemuan personil Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara. Tanggal 10 Januari 1970 Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara diakui secara resmi oleh Mabes Polri dengan surat Keputusan Kapolri No. Pol. : B/117/34/SB/1970 yang ditandatangani oleh Wakalpolri Inspektur Jendral Polisi T.A.AZIZ, yang berbunyi sesuai teks aslinya sebagai berikut :
Menarik Surat Saudara tanggal 29 April 1969 No. Pol. : 346/Kes/III/69, dengan ini dipermaklumkan, bahwa kami sangat mmenghargai usaha tersebut dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, khususnya dalam perawatan kesehatan anggota/pegawai sipil dan keluarganya, sekaligus merupakan pengisian dari pada fungsi dan organisasi seksi kesehatan Komdak XVIII/Sulselra.
Mengenai pembinaan selanjutnya dilaksanakan melalui Direktorat Kesehatan Mabak menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku dan menyesuaikan dengan kemampuan keuangan yang ada. Dengan demikian Rumah Sakit tersebut secara resmi kami nyatakan menjadi : “Rumah Sakit Kepolisian R.I.” dan merupakan formasi organik dari Seksi Kesehatan Komdak XVIII/Sulselra.  
Mengenai pembinaan selanjutnya dilaksanakan melalui Direktorat Kesehatan Mabak menurut ketemtuan-ketentuan yang berlaku dan menyesuaikan dengan kemampuan keuangan yang ada. Dengan demikian Rumah Sakit tersebut secara resmi kami nyatakan menjadi : “Rumah Sakit Kepolisian R.I” dan merupakan formasi organik dari Seksi Kesehatan Komdak XVIII/sulseltra.
Tanggal 10 Desember 1979 SPK C secara resmi ditutup dan diganti dengan nama SPK Gaya Baru, yang hanya berlangsung selama 2 tahn yakni tahun 1979-1980, dan pada tahun 1980 SPK Gaya Baru berubah menjadi SPK dengan masa pendidikan 3 tahun, dan pada tahun 1984 menerima anggota Polri dari seluruh Indonesia untuk dididik menjadi tenaga kesehatan.
Perkembangan fisik Rumah Sakit Kepolisisan Bhayangkara Makassar dimulai pada tanggal 7 oktober 1971 dengan diresmikannya ruang Disdokdes dan Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar oleh Kapolda Sulsel.
Pembangunan tahap pertama tahun 1973 yang ditandai dengan diresmikannya ruang perawatan perwira (paviliun). Tahun 1977 dengan dukungan anggaran dari Menhankam Pangab Jendral M. Yusuf, dibangunlah sarana pendukung diagnostic dan sarana pelayanan kesehatan.
Pembagunan tahap kedua tahun 1983 terdiri atas Ruang Perawatan Anak 2 (dua) lantai, Ruang Fisioterapi dan Gizi serta Ruang Gawat Darurat. Tahun 1996 diresmikan ruang Otopsi dan Muhsolla, tahun 1997 diresmikan ruang ICU dan Ruang Operasi, tahun 2000 Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar mendapat bantuan lunak dari Spanyol berupa peralatan kesehatan.
Perkembangan pembangunan selanjutnya adalah    pembangunan koridor yang menghubungkan ruang-ruang perawatan maupun polikliniik, gedung perawatan garruda dan kasuari yang berlantai 2 (dua). Tanggal 1 Januari 1999 Gedung Kantin Bhayangkara, Gedung Primkoppol dan tambahan Masjid Bhayangkara diresmikan oleh KADISDOKKES POLDA SULSEL LETKOL POL. Dr. S BUDI SISWANTO. Tanggal 10 Oktober 2001 Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar berubah status menjadi Rumah Sakit tingkat II dengan Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : SKEP/1549/X/2001. Untuk menghilangan kesan bahwa Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara hanya diperunukkan bagi anggota Polri maka berdasarkan Surat Keputusan Kapolda Sulsel No. Pol.:SKEP/321/X/2001 tanggal 16 Oktober 2001 diputuskan penggantian nama Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar menjadi Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Mappa Oudang Makassar yang diresmikan  oleh Kapolda Sulsel Irjen Pol. Drs. FIRMAN GANI, sekaigus meminta restu kepada adik kandung.
Tanggal 14 januari 2009. Depkes RI memberikan Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit Nomor : YM.01.10/III/125/09 dengan status Akreditasi Penuh Tingkat Dasar yang berlaku tanggal 14 Januari 2009 sampai dengan 14 Januari 2012 kepada Rumah Sakit Bhayangkara Mappa Oudang sebagai pengakuan bahwa rumah sakit telah memenuhi standar pelayanan yang meliputi : Administrasi Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, dan Rekam Medis. Yang ditandatangani atas nama Mentri Kesehatan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik FARID W. HUSAIN. Peresmian gedung IGD pada tanggal 18 September 2009 oleh KAPOLDA SULSEL IRJEN POL. Drs. MATHIUS SALEMPANG Pada tanggal 15 Juli 2009 KETUA UMUM BHAYANGKARA NY. NANNY BAMBANG HENDARSO meresmikan Renovasi Ruang Cendrawasih. Peresmian Renovasi Ruang Perawatan Cendrawasih B pada tanggal 16 desember 2009 oleh KAPOLDA SULSEL IRJEN POL. Drs. ADANG ROCHJANA. Peresmian Renovasi Ruang intermediate care unit, USG, Treadmill dan Ruang Makan Karyawan oleh KAPOLDA SULSEL IRJEN POL. Drs. ADANG ROCHJANA tanggal 17 september 2010.
Tanggal 23 november 2010, Mentri Keuangan RI mengesahkan Penempatan Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Mappa Oudang Makassar pada Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU), dengan Surat Keputusan Mentri Keuangan AGUS D.W. SPTOW ARDOJO.
Tanggal 8 Juni 2011 nomenklatur Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Mappa Oudang Makassar berubah nama menjadi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar dengan kode Kemenkeu 646307.
Pada hari Jumat, tanggal 21 Oktober 2011 jam 14.00 wita secara resmi KAPOLDA SULSEL INSPEKTUR JENDERAL POLISI Drs. H. JOHNY WAINAL USMAN, MM melakukan peletakan batu pertama dalam rangka dimulainya renovasi ruang : Perawatan dan Bedah sentral serta ICU yang berlantai 3 (tiga). Pada hari Selasa, tanggal 20 November 2013 telah diresmikan dan digunakan Gedung perawatan, Bedah Sentral an ICU serta Ruang perkantoran Rumkit Bhayangkara Makassar oleh Kapolda sulsel IRJEN POL. Drs. BURHANUDDIN ANDI, S.H.,M.H.

PIMPINAN RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR

Sejak berdirinya pada tanggal 2 November 1965,Rumah Sakit Bhayangkara Makassar telah mengalami beberapa kali pergantian Pimpinan/Kepala, yaitu :
1.    Letkol Pol dr. ZAINAL ARIFIN,Sp.M (1969 – 1985 )
2.    Letkol Pol. dr. IDA BAGUS PUTRA DJUNGUTAN, SP .B (1985 – 1991)
3.    Letkol Pol dr. ROESMAN ROESLI, Sp.PD (1991 – 1993)
4.    Kombes Pol. drg. PETER SAHELANGI, DFM (1993 – 2007)
5.    Kombes Pol. dr. SYAFRIZAL, MM (2007 – 2009)
6.    Kombes Pol. dr. DIDI MINTADI, Sp.JP (2009 – 2010)
7.    Kombes  Pol. dr. PURWADI, MS.,MARS (2010 – 2013)
8.    Kombes  Pol. dr. BUDI HERYADI, MM (2013 – Sekarang)

VISI :
Menjadi Rumah Sakit Bhayangkara terbaik di kawasan Timur Indonesia dan jajaran Polri, dengan pelayanan prima dan mengutamakan penyembuhan serta terkendali dalam pembiayaan.

MISI :
1.    Menyelenggarakan  pelayanan kesehatan yang prima dengan meningkatkan kualitas disegala bidang pelayanan kesehatan, termasuk kegiatan kedokteran kepolisian (forensik, perawatan tahanan, kesehatan  kamtibmas dan DVI) baik kegiatan operasional kepolisian, pembinaan kemitraan maupun pendidikan dan latihan.     
2.    Menyelenggarakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan anggaran secara transparan dan akuntabel.
3.    Meningkatkan kualitas SDM yang profesional, bermoral dan memiliki budaya organisasi sebagai pelayanan prima.
4.    Mengelolah seluruh sumber daya secara efektif, efisien dan akuntabel guna mendukung pelaksanaan tugas pembinaan maupun operasional polri.



NILAI :                                                                                                                                  
1.    Disiplin
2.    Ekstra Pelayanan Prima
3.    Kebersamaan
4.    Akuntabilitas dan Transparansi
5.    Prestasi Kerja

MOTTO :
Prima dalam pelayanan, utama dalam penyembuhan, terkendali dalam pembiayan.

TUJUAN :
1.    Tersediyanya pelayanan kesehatan spesialisasi yang lengkap dan sesuai dengan standar akreditasi
2.    Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meminimalisir komplain guna meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
3.    Meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan standar akreditasi
4.    Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme SDM
5.    Menjaga kuantitas SDM secara ideal sesuai dengan beban dan ancaman tugas
6.    Meningkatkan kesejahteraan dan etos kerja SDM
7.    Terwujudnya transparansi dan akuntabilitas dibidang keuangan
8.    Terwujudnya pengelolaan seluruh sumber daya lainnya secara efektif, efisien dan akuntabel.

FASILITAS DAN JENIS LAYANAN :
1.    Mengembangkan pelayanan terpadu
Fokus pengembangan layanan terpadu pada berbagai jenis layanan kesehatan sesuai dengan kemampuan rumah sakit yang bertujuan untuk memberikan kemudahan, kecepatan, akurasi, pelayanan prima dan tetap mengutamakan penyembuhan serta pengendalian pembiayaan, sehingga fungsi sosial rumah sakit tetap tidak terabaikan.
2.    Pelayanan kesehatan / Medik yang telah dimiliki rumah sakit lebih dari lima kegiatan, terdiri atas :
a.    Pelayan Rawat Jalan, terdiri atas :
1)    Klinik Umum
2)    Klinik Gigi
3)    Klinik KB dan KIA
4)    Klinik Kecantikan
5)    Spesialis Penyakit Dalam
6)    Spesialis Anak
7)    Spesialis Bedah
8)    Spesialis Obsgyn
9)    Spesialis Ortopedi
10)  Spesialis Mata
11)  Spesialis Paru
12)  Spesialis THT
13)  Spesialis Saraf
14)  Spesialis Jantung
15)  Spesialis Jiwa
16)  Spesialis Kulit dan Kelamin
17)  Radiologi
18)  Spesialisasi lainnya, yang tidak memiliki poliklinik (bedah urologi, bedah digestif, bedah plastik, rehab medik, gizi klinik, dll)
b.    Pelayanan Rawat Inap, terdiri atas :
1)    Pelayanan Rawat Inap Kelas VVIP
2)    Pelayanan Rawat Inap Kelas VIP
3)    Pelayanan Rawat Inap Kelas I
4)    Pelayanan Rawat Inap Kelas II
5)    Pelayanan Rawat Inap Kelas III
6)    Pelayanan Intensif Care Unit (ICU)

STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR








 


























Gambar 01. Struktur Organisasi RS Bhayangkara Makassar

B.   Anatomi, Fisiologi, dan Myologi Knee Joint


Gambar 02. Anatomi Knee Joint

Knee joint adalah salah satu sendi kompleks dalam tubuh manusia. Femur, tibia, fibula, dan patella disatukan menjadi satu kelompok yang kompleks oleh ligament. (Ballinger, 2007)
Sendi merupakan pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka. Terdapat tiga jenis utama berdasarkan kemungkinan gerakannya yaitu sendi fibrus, sendi tulang rawan dan sendi sinovial (C Evelyn, 1999).
Sendi fibrus atau sinartroses adalah sendi yang tidak dapat bergerak atau merekat ikat, maka tidak mungkin ada gerakan antara tulang – tulangnya, misalnya: sutura antara tulang pipih tengkorak. Sendi tulang rawan atau amfiartroses adalah sendi dengan gerakan sedikit  dan  permukaan persendiannya dipisahkan oleh bahan dan mungkin sedikit gerakannya. Misalnya, Simphisis pubis, dimana sebuah  bantalan tulang  rawan  mempersatukan kedua tulang pubis. Sendi synovial atau diartroses  adalah persendian yang bergerak bebas dan terdapat banyak ragamnya.


Gambar 03.  Anatomi Knee Joint kanan dari sisi Anterior view dan Posterior view (Nucleus Medical Art, 1997-2007)
 
Gambar 04.  Anatomi Knee Joint Kanan dari sisi Lateral view dan Medial view (Nucleus Medical Art, 1997-2007)

Sendi lutut dibentuk oleh epiphysis distalis tulang femur, epiphysis proksimalis, tulang tibia dan  tulang patella, serta mempunyai beberapa sendi yang terbentuk dari tulang yang berhubungan, yaitu antar tulang femur dan patella disebut articulatio patella femoral, antara tulang tibia dengan tulang  femur  disebut  articulatio tibio femoral dan antara tulang tibia  dengan tulang  fibula proximal disebut  articulatio tibio fibular proxsimal (De Wolf, 1996).
Sendi lutut merupakan suatu sendi yang disusun oleh beberapa tulang , ligament beserta otot, sehingga dapat membentuk suatu kesatuan yang disebut dengan sendi lutut atau knee joint. Anatomi sendi lutut terdiri dari:
Ø  Tulang pembentuk sendi lutut
a.    Tulang Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam tulang kerangka pada bagian  pangkal yang berhubungan dengan acetabulum membentuk kepala sendi yang disebut caput femoris. Di sebelah  atas dan bawah dari columna femoris  terdapat  taju yang disebut  trochantor  mayor dan trochantor  minor, di bagian ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang disebut condylus medialis dan condylus lateralis, di antara kedua condylus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patella) yang disebut dengan fosa condylus (Syaifuddin, 1997).
b.    Tulang Tibia
Tulang tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal melekat pada os fibula, pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os maleolus medialis. (Syaifuddin, 1997).
c.    Tulang Fibula
Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang membentuk persendian lutut dengan os femur pada bagian ujungnya. Terdapat tonjolan yang disebut os maleolus lateralis atau mata kaki luar. (Syaifuddin, 1997).
d.    Tulang Patella
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang femur.  Jarak patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah  tetap dan yang berubah hanya jarak patella dengan femur. Fungsi patella di samping sebagai perekatan otot-otot atau tendon adalah sebagai pengungkit sendi lutut. Pada posisi flexi lutut 90 derajat,  kedudukan patella di antara kedua condylus femur dan saat extensi maka patella terletak pada permukaan anterior femur (Syaifuddin, 1997).

Ø  Ligamentum pembentuk sendi lutut

Gambar 05.  Susunan Ligamen Sendi Lutut Anterior View (R.Putz, R.Pabst, 2002)

Keterangan Gambar 05 Susunan Ligamen Sendi Lutut (R.Putz, R.Pabst, 2002) yaitu :
·         Ligamen cruciatum anterior
·         Meniscus lateralis
·          Ligament collateral fibula
·          Ligament capitis fibula posterior
·         Caput fibula
·         Femur, condylus medial
·         Ligament meniscofemorale posterior
·         Ligament collateral tibia
·         Ligament popliteum obliqum
·         Ligament cruciatum posterior


Gambar 06. Susunan Ligamen Sendi Lutut Lateral View (R.Putz R.Pabst, 2002)

Keterangan Gambar 06. Susunan Ligamen Sendi Lutut (R.Putz R.Pabst, 2002) yaitu :
·         Ligamen patella
·         Meniscus medialis
·         Ligament collateral tibia

Stabilitas sendi lutut yang lain adalah ligamentum. Ada beberapa ligamentum yang terdapat pada sendi lutut antara lain :
a)    Ligamentum crusiatum anterior,  yang berjalan dari depan eminentia intercondyloidea tibia,  ke permukaan  medial condylus lateralis femur, fungsi menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan.
b)    Ligamentum crusiatum posterior, berjalan dari  facies lateralis condylus medialis femoris, menuju fossa intercondyloidea tibia, berfungsi  menahan bergesernya tibia,  ke arah belakang.
c)    Ligamentum collateral lateralle yang berjalan dari epicondylus lateralis ke capitulum fibulla, yang berfungsi menahan gerakan varus atau samping luar.
d)    Ligamentum collateral mediale tibia (epicondylus medialis tibia),  yang berfungsi menahan  gerakan valgus atau samping dalam dan eksorotasi, dan secara bersamaan ligament collateral  juga  berfungsi menahan bergesernya ke depan pada posisi lutut fleksi 90 derajat.
e)    Ligamentum  popliteum  abligum,  berasal dari  condylus lateralis femoris menuju ke  insertio musculus semi membranosus  melekat pada  fascia musculus popliteum.
f)     Ligamentum transversum genu, membentang pada permukaan anterior meniscus medialis  dan  lateralis. Semua ligament tersebut berfungsi sebagai fiksator dan stabilisator sendi lutut. Tranversum genu di samping ligament ada juga bursa pada sendi lutut. Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial.  Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain : (a) bursa popliteus, (b)  bursa supra patellaris, (c)  bursa infra patellaris, (d) bursa subcutan prapatellaris, (e)  bursa sub patellaris, (f)  bursa prapatellaris.












Ø  Sistem Otot


Gambar 07 Otot Paha dan Pangkal Paha Tampak dari Depan (R.Putz R.Pabst, 2002)

Keterangan Gambar 07 Otot Paha dan Pangkal Paha Tampak dari Depan (R.Putz R.Pabst, 2002) yaitu :
1.      Musculus vatus medial
2.      Femur condylus medial
3.      Ligament patella
4.      Bursa subcutanea infrapatellaris
5.      Caput fibula
6.      Bursa subtendinea prepatellaris
7.      Fascialata, tractus, illiotibialis
8.      Musculus Vastus lateralis
9.      Musculus Rectus femoris

Otot-otot yang bekerja pada sendi lutut yaitu:
a)    Bagian anterior adalah  musculus rectus femoris, musculus vastus lateralis, musculus Vastus medialis, musculus vastus intermedius.
b)    Bagian posterior adalah  musculus biceps femoris, musculus semitendinosus, musculus semimembranosus, musculus Gastrocnemius.
c)    Bagian  medial  adalah musculus Sartorius
d)    Bagian lateral adalah  musculus Tensorfacialatae

C.   Biomekanik, Etiologi, dan Patologi Knee joint

Ø  Biomekanik sendi lutut
Aksis gerak fleksi dan ekstensi terletak di atas permukaan sendi, yaitu melewati condylus femoris. Sedangkan gerakan rotasi aksisnya longitudinal pada daerah condylus medialis (Kapandji, 1995). Secara biomekanik, beban yang diterima sendi lutut dalam keadaan normal akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot-otot paha bagian lateral, sehingga resultannya akan jatuh di bagian sentral sendi lutut
a)    Osteokinematika
Osteokinematika yang memungkinkan terjadi adalah gerakan fleksi dan ekstensi pada bidang sagital dengan lingkup gerak sendi fleksi antara 120-130 derajat, bila posisi  hip fleksi penuh, dan dapat mencapai 140 derajat, bila hip ekstensi penuh, untuk gerakan ekstensi, lingkup gerak sendi antara 0 – 10 derajat gerakan putaran pada bidang rotasi dengan lingkup gerak sendi untuk endorotasi antara 30 – 35 derajat, sedangkan untuk eksorotasi antara 40-45 derajat dari posisi awal mid posision. Gerakan rotasi ini terjadi pada posisi lutut  fleksi 90 derajat (Kapandji, 1995), gerakan yang terjadi pada kedua permukaan tulang meliputi gerakan rolling dan sliding. Saat tulang femur yang bergerak maka, gerakan rolling ke arah belakang dan sliding  ke arah depan (berlawanan arah). Saat fleksi, femur rolling ke arah  belakang dan sliding ke belakang, untuk gerakan  ekstensi,  rolling ke depan dan sliding  ke belakang. Saat tibia yang bergerak fleksi  adapun ekstensi  maka rolling maupun sliding bergerak searah, saat fleksi  maka rolling maupun sliding bergerak searah, saat  fleksi  rolling dan sliding ke arah belakang, sedangkan saat ekstensi rolling  dan sliding bergerak ke arah depan.
b)    Artrokinematika
Artrokinematika pada sendi lutut di saat femur bergerak rolling dan sliding berlawanan arah, disaat terjadi gerak fleksi femur rolling  ke arah belakang dan sliding-nya ke depan, saat gerakan ekstensi femur rolling kearah depannya sliding-nya ke belakang. Jika tibia bergerak fleksi ataupun ekstensi maka rolling maupun sliding terjadi searah, saat fleksi menuju dorsal, sedangkan ekstensi menuju ventral  (Kapandji, 1995).

Ø  Etiologi
Beberapa faktor etiologi yang telah diketahui berhubungan dengan terjadinya osteoarthritis lutut ini antara lain :
a)    Usia
Semakin lanjut usia seseorang, pada umumnya semakin besar faktor resiko terjadinya osteoarthritis lutut. Hal ini disebabkan karena sendi lutut yang digunakan sebagai penumpu berat badan sering mengalami kompresi atau tekanan dan gesekan, sehingga dapat menyebabkan kartilago yang melapisi tulang keras pada sendi lutut tersebut lama-kelamaan akan terkikis dan rentan terjadi degenerasi.
b)    Obesitas
Jelas sekali bahwa kelebihan berat badan atau obesitas bisa menjadi faktor resiko terjadinya Osteoarthritis lutut. Berat badan yang berlebih akan menambah kompresi atau tekanan atau beban pada sendi lutut. Semakin besar beban yang ditumpu oleh sendi lutut, semakin besar pula resiko terjadinya kerusakan pada tulang.
c)    Herediter atau faktor bawaan
Struktur tulang rawan dan laxity pada sendi, serta permukaan sendi yang tidak teratur yang dimiliki seseorang sebagai faktor bawaan merupakan faktor resiko terjadi Osteoarthritis lutut.
d)    Trauma pada sendi dan kerusakan pada sendi sebelumnya
Terjadinya trauma, benturan atau cedera pada sendi lutut juga dapat menyebabkan kerusakan atau kelainan pada tulang-tulang pembentuk sendi tersebut.
e)    Kesegarisan tungkai
Sudut antara femur dan tibia yang > 180 derajad dapat berakibat beban tumpuan yang disangga oleh sendi lutut menjadi tidak merata dan terlokalisir di salah satu sisi saja, dimana pada sisi yang beban tumpuannya lebih besar akan beresiko lebih besar terjadi kerusakan.
f)     Pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
Pekerjaan dan akifitas yang banyak melibatkan gerakan lutut juga merupakan salah satu penyebab osteoarthritis pada lutut.
g)    Olahraga yang berat, misalnya sepak bola,pelari dll.
h)   Faktor hormonal dan penyakit metabolik
Perubahan degeneratif pada sendi lutut bisa terjadi akibat perubahan hormonal yang terjadi pada wanita yang sudah menopause. Selain itu, seseorang yang memiliki diabetes mellitus juga bisa terkena Osteoarthritis lutut ini.
i)     Arthritis yang berlangsung lama
Arthritis (peradangan sendi) yang sudah berlangsung lama dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya pula Osteoarthritis lutut.
Ø  Patologi
Pada OA terdapat proses degenerasi, reparasi, dan inflamasi yang terjadi dalam jaringan ikat, lapisan rawan, sinovium, dan tulang subchondral. Pada saat penyakit aktif salah satu proses dapat dominan atau beberapa proses dapat terjadi secara bersamaan dalam tingkat intensitas yang berbeda. OA lutut berhubungan dengan berbagai  defisit patofisiologi seperti instabilitas sendi lutut, menurunnya LGS, disused atrophy dari otot quadriceps, nyeri lutut sangat kuat berhubungan dengan penurunan kekuatan otot quadriceps yang merupakan stabilisator utama sendi lutut dan sekaligus berfungsi untuk melindungi struktur sendi lutut. Pada penderita usia lanjut kekuatan quadriceps bisa menurun 1/3 nya dibanding dengan kekuatan quadriceps pada kelompok usia yang sama yang tidak menderita OA lutut.(Pardjoto, 2000).
Perubahan yang terjadi pada sendi lutut oleh karena OA menurut pardjoto (2000) adalah sebagai berikut:
1.    Degradasi rawan
Degradasi timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara regenerasi (reparasi) dengan degenerasi rawan sendi melalui beberapa tahap yaitu fibrilasi, pelunakan, perpecahan, dan pengelupasan lapisan rawan sendi. Proses ini dapat berlangsung cepat atau lambat. Yang cepat dalam waktu 10-15 tahun, sedang yang lambat 20-30 tahun. Akhirnya permukaan sendi menjadi botak tanpa lapisan rawan sendi
2.    Osteofit
Bersama timbulnya dengan degenerasi rawan, timbul reparasi. Reparasi berupa pembentukan osteofit di tulang subchondral.
3.    Sclerosis subchondral
Pada tulang subchondral terjadi reparasi berupa sclerosis pemadatan atau penguatan tulang tepat di bawah lapisan rawan yang mulai rusak.
4.    Sinovitis 
Sinovitis ialah inflamasi dari sinovium dan terjadi akibat proses sekunder degenerasi dan fragmentasi. Matrik rawan sendi yang putus terdiri dari kondrosit yang menyimpan proteoglycan yang bersifat immunogenik dan dapat mengantisipasi lekosit. Sinovitis dapat meningkatkan cairan sendi. Cairan lutut yang mengandung bermacam-macam enzim akan tertekan ke dalam celah-celah rawan. Ini mempercepat proses pengerusakan rawan. Pada tahap lanjut terjadi tekanan yang tinggi dari cairan sendi terhadap permukaan sendi yang botak. Cairan ini akan didesak ke dalam celah- celah tulang subchondral dan akan menimbulkan kantong yang disebut kista subchondral.


Gambar 08. Patologi knee joint yang terserang OA

D.   Teknik Pemeriksaan Knee Joint

PROYEKSI  AP
Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( Posisi AP dan Lateral )
FFD : 90 cm
CR : Vertikal tegak lurus kaset atau film
CP : Pada pertengahan patella
Posisi Pasien :
·         Atur pasien pada posisi supine diatas meja pemeriksaan atau pasien berdiri menghadap x-ray tube dan pastikan tidak ada rotasi atau pergerakan pada panggul pasien.
Posisi Object :
·         Dengan kaset dibawah lutut pasien, lokasikan bagian apex patella, dan setelah itu pasien diinstruksikan untuk meregangkan bagian lututnya. Pusatkan kaset sekitar setengah inci di bawah apex patella. dan pusatkan bagian tengah kaset pada bagian tengah persendian lutut
·         Lindungi  area gonad pasien dari radiasi hambur dengan menggunakan karet dari timbal atau apron
Gambar 09. Posisi AP

Kriteria Gambar :
Berikut ialah beberapa hal yang wajib tercakup dalam radiografi lutut proyeksi AP :
·         Terbukanya persendian femorotibial
·         Tidak ada rotasi tulang paha dan tibia
·         Tampak patella terproyeksi pada bagian pertengahan kaset

PROYEKSI  LATERAL
Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( Posisi AP dan Lateral )
FFD : 90 cm
CR : Vertikal tegak lurus kaset atau film
CP : Pada pertengahan patella
Posisi Pasien :
·         Perintahkan pasien untuk mengarah pada sisi yang akan diperiksa.
Posisi Object :
·         Fleksikan bagian lutut pasien pada ukuran 20-30 derajat dengan tujuan untuk memaksimalkan rongga persendian lutut.(ada beberapa rumah sakit yang menstandarkan fleksian lutut sebesar 45 sampai 90 derajat .sesuai permintaan radiolog)
·         Lokasikan bagian persendian lutut di bawah apex patella
·         Lindungi  area gonad pasien dari radiasi hambur dengan menggunakan karet dari timbal atau apron 
Gambar 10. Posisi Lateral
Kriteria Gambar :
Berikut ialah beberapa hal yang wajib tercakup dalam radiografi lutut proyeksi Lateral :
·         Tampak pattela dalam proyeksi true lateral.
·         Terbukanya articulasio pattelo femoralis.
·         Caput Os.fibula dan Os.Tibia tampak super posisi.
·         Terlihat soft tissue disekitar lutut.
·         Tampak marker R atau L.






BAB III
METODE PEMERIKSAAN

A.   Tempat Dan Waktu Pemeriksaan
Tempat pelaksanaan pemeriksaan ini; ruangan pemeriksaan instalasi radiologi RS bhayangkara Makassar pada tanggal 29 desember 2014.

B.   Kronologis Riwayat Pasien
Pasien merasakan nyeri pada bagian lutut saat beraktivitas, hal tersebut dirasakan sejak beberapa bulan yang terakhir. Pasien bahkan susah untuk berdiri dan tidak bisa melakukan pekerjaan yang berat dikarenakan nyeri pada daerah lutut tersebut. Karena keluarga merasa khawatir akan penyakit ibunya, maka sang ibu di antar berobat ke Poliklinik Penyakit Dalam RS Bhayangkara dengan klinis osteoartritis. Untuk mendapatkan hasil diagnosa yang lebih akurat maka doker merujuk pasien tersebut ke bagian radiologi untuk melakukan pemeriksaan foto Genu.

C.   Persiapan Alat Dan Bahan
1.    Pesawat Sinar-X
IMG00004-20141229-1359.jpg
Gambar 11. Pesawat Sinar-X
·         Tabung
Thosiba Electron Tubes & Devices CO., LTD
1385, Shimoishigami, Otawara-Shi, Tochigi 324-8550
Made In Japan
Manufactured             : januari 2012
Unit Model                  : E7239X
Ser. No                        : 12A1294
Insert Model                : E7239
Ser. No                        : 2A0835
Max. Voltage               : 125 kV
Focal Spot                   : 2.0/1.0
Permanent Filtration    : 0.9 Al/75
Stator                           : XS-AV
·         Kolimator
REF : MRC
SN    : AEC1220051
Feb. 2012
Inferent Filtration : 1.2 mm Al eq
Line power Rating : 24~, 6A, 50/60 Hz
·         Meja kontrol
·         Meja pemeriksaan
REF : PBT-4
SN : AET1220042
Feb. 2012
2.    Kaset ukuran 35×35 cm
3.    Film ukuran 35×35 cm @ 2 lembar
4.    Mesin Pencuci Film
C360_2014-12-29-14-11-50.jpg
Gambar 12. Automatic Processing
5.    Marker

D.   Teknik Pemeriksaan Laporan Kasus Di RS
Pemeriksaan articulasio Genu
# proyeksi AP Bilateral
Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
PP : pasien duduk di atas meja pemeriksaan
PO: kedua kaki lurus diatas kaset dalam posisi AP dan letakkan bagian knee joint pada garis tengah kaset. Marker sesuai dengan letak kaki (R/L).
CP : Pertengahan Kaset
CR : Tegak Lurus bidang Film
FFD : 100 cm
Faktor Eksposi
kV :46 – mA : 80 – s : 64 – mAs : 5.12
C360_2014-12-29-11-05-06.jpg
Gambar 13. Posisi Pasien AP

# proyeksi Lateral
PP : pasien duduk di atas meja pemeriksaan
PO : kaset dibagi 2 dengan knee joint fleksio dan tempatkan condylus medialis pada titik tengah kolimator dan gunakan marker sesuai dengan bagian genu yang diperiksa (R/L)
CP : pada Condylus Medialis
CR : Tegak Lurus Bidang Film
FFD : 100 cm
Faktor Eksposi
kV :46 – mA : 80 – s : 64 – mAs : 5.12
page.jpg
Gambar 14. Posisi Pasien Lateral

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus

Dari hasil pemeriksaan ini maka diperoleh radiograf
C360_2014-12-29-11-15-47.jpg
Gambar 15. Radiograf Proyeksi AP

C360_2014-12-29-11-14-22.jpg
Gambar 16. Radiograf Proyeksi Lateral

Dengan hasil interpretasi Dokter :
C360_2014-12-29-11-40-35.jpg
Gambar 17. Hasil Baca Dokter

Hasil pemeriksaan :
·         Aligmen artis genu D/S baik, tidak ada dislokasi
·         Tulang-tulang pembentuk artik genu D/S intak tidak ada destruksi tulanga atau spur
·         Celah sendi baik
·         Mineralisasi tulang berkurang
Kesan :
            Tulang-tulang intak dengan Oesteoporosis

B.   Pembahasan Laporan Kasus

Defenisi Osteoarthritis
Osteoarthritis disebut juga penyakit sendi degeneratif. Penyakit Ini mempengaruhi sekitar 33 juta orang Amerika dan merupakan kondisi sendi kronis yang paling umum.
Osteoarthritis merupakan akibat dari terlalu sering menggunakan sendi, misalnya karena keras berolahraga, obesitas, atau penuaan. Jika Anda seorang atlet atau penari, Anda mungkin bertanya-tanya mengapa lutut atau pinggul Anda sakit ketika Anda turun dari tempat tidur di pagi hari. Sebaiknya tanyakan kepada dokter Anda mengenai osteoarthritis. Penyakit ini bisa menyerang lebih awal pada atlet atau mereka yang mengalami cedera di masa muda. Osteoarthritis di tangan seringnya diwariskan dan sering terjadi pada wanita paruh baya.
Osteoarthritis paling sering terjadi pada sendi yang menanggung berat badan, misalnya lutut, pinggul, kaki, dan tulang belakang. Osteoarthritis ini sering datang secara bertahap selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Kecuali nyeri pada sendi yang terkena, biasanya Anda tidak merasa sakit, dan tidak ada kelelahan yang tidak biasa atau kecapaian seperti pada beberapa jenis arthritis lain.
Pada osteoarthritis, tulang rawan rusak secara bertahap. Tulang rawan adalah bahan licin yang menutupi ujung tulang dan berfungsi sebagai peredam kejut tubuh. Seiring kerusakan bertambah, tulang rawan mulai terkikis, atau tidak bekerja sebaik dulu untuk melindungi sendi. Sebagai contoh, tekanan ekstra pada lutut akibat kelebihan berat badan dapat menyebabkan kerusakan pada tulang rawan lutut. Hal tersebut, seiring waktu, menyebabkan tulang rawan untuk terkikis lebih cepat dari biasanya.
Seiring tulang rawan menjadi aus, maka efek bantalan sendi semakin hilang. Hasilnya adalah rasa nyeri sewaktu sendi bergerak. Bersamaan dengan rasa sakit, kadang-kadang Anda dapat mendengar suara gemeretak ketika permukaan tulang rawan yang kasar antara 2 tulang saling bergesekan. Benjolan yang menyakitkan mungkin muncul pada ujung tulang, terutama pada jari tangan dan kaki. Meskipun bukan gejala utama dari osteoarthritis, peradangan dapat terjadi di lapisan sendi sebagai reaksi terhadap kerusakan tulang rawan.

Jenis Radang Sendi
Terdapat dua jenis arthritis yang umum yaitu:
  • Osteoarthritis, yang merupakan “keausan” arthritis. Rematik ini disebabkan oleh kerusakan jaringan tulang rawan
  • Rheumatoid arthritis, yang merupakan jenis peradangan arthritis yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh tidak bekerja dengan benar.
Selain 2 jenis yang paling umum di atas, arthritis yang juga sering didiagnosa pada pasien adalah:
  • Gout, yang disebabkan oleh penumpukan kristal pada sendi (baca artikel Dokita mengenai rematik dan asam urat)
  • Psoriatic arthritis, lupus, dan septic arthritis merupakan jenis kondisi umum yang lain.

Penyebab Osteoarthritis
Meskipun biasanya timbul dari trauma, osteoarthritis sering mempengaruhi beberapa anggota keluarga yang sama, menunjukkan bahwa ada kecenderungan herediter kondisi ini. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa ada prevalensi yang lebih besar dari penyakit antara saudara kandung dan kembar identik khususnya, menunjukkan secara turun-temurun. Sampai dengan 60% dari kasus OA diperkirakan akibat dari faktor genetik. Para peneliti juga menyelidiki kemungkinan alergi, infeksi, atau jamur sebagai penyebab.
Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan hal itu meliputi:
·         Kelebihan berat badan
·         semakin tua
·         cedera sendi
·         Sendi yang tidak terbentuk dengan benar
·         Sebuah cacat genetik pada tulang rawan sendi
·         Menekankan pada sendi dari pekerjaan tertentu dan bermain olahraga.

Gejala Osteoarthritis
Gejala osteoartritis tergantung pada sendi atau sendi-sendi mana yang terkena. Gejala yang mungkin terjadi yaitu:
  • Rasa nyeri yang mendalam
  • Kesulitan memakai baju atau menyisir rambut
  • Kesulitan mencengkeram benda
  • Kesulitan duduk atau membungkuk
  • Sendi terasa hangat saat disentuh
  • Kekakuan di pagi hari selama kurang dari satu jam
  • Nyeri saat berjalan
  • Kekakuan setelah beristirahat
  • Pembengkakan sendi
  • Kehilangan gerak pada sendi

Faktor Risiko Umum untuk Osteoarthritis
Faktor risiko untuk osteoarthritis meliputi:
  • Jajaran sendi yang abnormal
  • Usia
  • Atletik (cedera dalam olahraga dan atletik)
  • Mengubah beban (meletakkan berat badan pada satu lutut atau pinggul)
  • Jenis kelamin
  • Penggunaan sendi yang berat dan konstan
  • Cedera bersama akibat arthritis jenis lain
  • Operasi lutut
  • Pemakaian berlebihan atau cedera
  • Obesitas atau kelebihan berat badan
Osteoarthritis ini sangat umum dan dapat berdampingan dengan arthritis jenis lain, seperti rheumatoid atau gout.